NAMA
KELOMPOK
1. RESTI TANJUNG (F1C111036)
2. NOVITA SARI SIMAMORA (F1C111049)
3. UCHROWIYA (F1C111051)
4.
JUMAIDA PANGGABEAN (F1C111028)
MATAKULIAH : KIMIA ORGANIK FISIK
JUMLAH
SKS : 3 SKS
DOSEN : Dr. SYAMSURIZAL
WAKTU : KAMIS JAM 09:00 WIB S/D JUMAT JAM 16:00
WIB
PETUNJUK : Anda
boleh mengerjakan soal ini secara kelompok, buatlah kelompok maksimal 4 orang.
Tulis sumbangan pikiran dari masing – masing anggota kelompok dalam menjawab
soal ini. Anggota kelompol yang tidak berkontribusi tidak pelu dimasukkan dalam
kelompok. Jawaban masing – masing kelompok tidak boleh sama, bila ditemukan
sama dipastikan anda akan GAGAL. Jawaban diserahkan ke UNJA PASAR
paling lambat hari Jumat tanggal 24 Januari 2013, Jam 16:00 dalam bentuk
softcopy. Selain itu setiap anda wajib memasukan jawaban diblog masing-masing.
1.
Sebagai orang kimia,
anda tentu mengenal TNT yaitu bom yang banyak digunakan dalam medan perang.
Kalau senyawa ini dibuat jelaskan bagaimana cara mengontrol laju reaksi dan
sekaligus mengontrol termodinamikannya. Kemukakan pula pendekatan kimia untuk
mengendalikan kemungkinan terjadinya ledakan.
2.
Reaksi – reaksi
radikal bebas lazimnya sukar dikontrol untuk mendapatkan suatu
produk tunggal dalam jumlah banyak. Kemukakan apa saja upaya yang dapat
anda lakukan untuk mengendalikan laju propagasi reaksi, berikan contoh
reaksinya.
3.
Jelaskan peran
Kimia Organik Fisis dalam menjelaskan kemudahan suatu organik mengalami
sublimasi. Berikan contoh senyawa organiknya.
4.
Buatlah senyawa
3-metil heksanol dengan menggunakan senyawa etana sebagai bahan dasar.
J Jawaban :
1. TNT (Trinitrotoluena) merupakan senyawa turunan benzena yang bersifat mudah meledak. Trinitrotoluena sebagai bahan peledak yang digunakan sendiri atau dicampur,
misalnya dalam Torpex, Tritonal, Composition B atau Amatol.
Senyawa TNT
(Trinitrotoluene) dibuat dalam
tiga langkah proses. Pertama, toluene dinitrasi
dengan campuran sulfat dan asam nitrat
pekat untuk menghasilkan mono-nitrotoluene atau MNT. MNT tersebut dipisahkan dan kemudian
renitrated ke dinitrotoluene atau
DNT. Pada langkah terakhir, DNT tersebut dinitrasi ke trinitrotoluena atau TNT
menggunakanan hidrat campuran
asam nitrat dan oleum. Asam
nitrat yang dipakai dalam proses manufaktur, dan asam sulfat encer dapat
reconcentrated dan digunakan kembali. Setelah nitrasi, TNT distabilkan dengan
proses yang disebut sulphitation, dimana TNT mentah dicapurkan dengan natrium
sulfit encer untuk menghapus isomer kurang stabil dari TNT dan produk reaksi
lainnya yang tidak diinginkan. Air bilasan dari sulphitation dikenal
sebagai air merah, reaksi pembuatannya sebagai berikut :
Didalam
proses pembuatan ini, Pengendalian nitrogen oksida dalam asam nitrat sangat
penting karena bebas nitrogen dioksida dapat menyebabkan
oksidasi kelompok metil dari toluena. Reaksi ini sangat eksotermik dan disertai
dengan risiko berupa ledakan. Selain itu, pada proses pertama dan kedua untuk
menghasilkan mono- dan di- nitrotoluene digunakan campuran penitrasi dari asam
nitrat pekat dan asam sulfat pekat. Oleh karena itu, untuk mengontrol agar
terbentuk produk yang stabil maka dalam proses pembuatannya digunakan pendinginan
untuk mempertahankan kontrol suhu. Karena pereaksi yang digunakan merupakan
asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat maka laju reaksi yang terjadi cepat.
Hal ini dikarenakan konsentrasi yang digunakan tinggi sehingga membuat
partikel-partikel sangat merapat dan mengakibatkan banyak partikel yang saling
bertumbukan maka laju reaksi yang ditimbulkan cepat. Untuk mengontrolnya agar
produk yang terbentuk stabil maka suhu harus diturunkan karena apabila suhu
tinggi maka produk tidak stabil dan kemungkinan timbul ledakan yang dikarenakan
konsentrasi yang digunakan juga tinggi dan laju reaksi akan semakin cepat
apabila suhu tinggi. Sehingga, dalam proses pembuatannya suhu harus selalu
dikontrol.
2. Reaksi radikal pada laju propagasi. Laju propagasi sangat reaktif/mengganggu pasangan atom lain sehingga untuk mengendalikannya yaitu membuat laju propagasi menjadi tidak reaktif. Propagasi adalah reaksi yang melibatkan radikal bebas yang mana jumlah radikal bebasakan tetap sama.
2. Reaksi radikal pada laju propagasi. Laju propagasi sangat reaktif/mengganggu pasangan atom lain sehingga untuk mengendalikannya yaitu membuat laju propagasi menjadi tidak reaktif. Propagasi adalah reaksi yang melibatkan radikal bebas yang mana jumlah radikal bebasakan tetap sama.
Contoh
1 :
Cl• + H:CH3 + 1kkal/mol ---> H:Cl + •CH3
Radikal
bebas klor akan menjalani sederetan reaksi. Tahap propagasi yang pertama adalah
radikal bebas klor yang merebut sebuah atom hydrogen dari dalam molekul metana,
menghasilkan radikal bebas metil dan HCl. Radikal bebas metil juga sangat
reaktif dalam tahap propagasi kedua, radikal bebas metil merebut sebuah atom
klor dari dalam molekul Cl2.
Contoh
2 :
H• + CH3 OH ---> CH3 HOH ---->> CH3• + H2O
Methanol.
3. Sublimasi adalah
perubahan wujud zat dari padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila partikel
penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan suhu, maka partikel tersebut akan
menyublim menjadi gas. Sebaliknya, bila suhu gas tersebut diturunkan, maka gas
akan segera berubah wujudnya menjadi padat. Proses ini terjadi tanpa melalui
fasa cair. Ada beberapa senyawa organic yang mengalami sublimasi. Contohnya
yaitu yodium, kamfer, naftalen dan belerang.
Disini
peran Kimia Organik
Fisis dalam menjelaskan kemudahan suatu organik mengalami sublimasi yaitu pada
proses perubahan yang terjadi pada sublimasi. Seperti yang kita ketahui kimia
organik fisik mengkaji senyawa organik yang ditinjau dari proses fisika. Pada
senyawa organik proses sublimasi dapat
terjadi misalkan melalui pemanasan yang dilakukan terhadap
senyawa organik yang akan menyebabkan terjadinya perubahan fasa. salah satunya antara lain apabila zat pada
temperatur kamar berada dalam keadaan padat, pada temperatur tertentu akan
langsung berubah menjadi fasa gas tanpa melalui fasa cair terlebih dahulu.
Contoh yang kami ambil disini yaitu yodium.
Ketika dipanaskan yodium padat akan menyublim menjadi yodium gas. Yodium gas
akan berubah kembali menjadi yodium padat setelah didinginkan. Sifat yodium
padat setelah didinginkan sama dengan sifat yodium padat sebelum dipanaskan. Yodium mempunyai
titik leleh pada 113°C, dan menguap pada temperatur 184,4 ° C menjadi gas
biru-ungu dengan bau kurang sedap. Melalui sifat fisik ini lah peran kimia
organik menjelaskan kemudahan suatu organik mengalami sublimasi.
4.
3-metil heksanol
H3C
– CH2 – CH – CH2 – CH2 – CH2 – OH
CH3
Pembuatan 3-metil heksanol dengan bahan
dasar etana adalah dengan melakukan penambahan 3-metil butana pada etana,
sehingga terjadi reaksi adisi (penggabungan) membentuk 3-metil heksana. Untuk
membuat 3-metil heksanol maka 3-metil heksana direaksikan dengan gugus alkohol
sehingga terjadi penggantian gugus alkana pada senyawa 3-metil heksana menjadi
gugus alcohol pada senyawa 3-metil heksanol.
CH3
CH3
CH3
– CH3 + CH3 – CH2 - CH– CH3 ----->> CH3 – CH2
- CH– CH2 – CH2– CH3
Etana 3-metil butana 3-metil
heksana
CH3 CH3
CH3 – CH2
- CH– CH2 – CH2– CH3 + R-OH ----> CH3
– CH2 - CH– CH2 – CH2 – CH2OH
3-metil heksana gugus alkohol 3-metil
heksanol